Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

TRADISI NGINANG

TRADISI NGINANG

Baiklah, kali ini saya akan membasas proposal tentang Tradisi Nginang (Studi Tentang Makna Simbol Pada Tradisi Nginang Di Desa Jati Mulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo)
 Oleh Ani Lustiawati.

1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat Jawa terkenal sebagai masyarakat yang suka merantau. Hampir semua kota  besar indonesia terutama di Jawa, sehingga kami bisa jumpai  mereka, kita bisa lihat daerah Gorontalo ada desa yang penghuninya dominan masyarakat Jawa, ada yang dari Jawa Timur, Jawa Tengah, namun masyarakat dominan disana Jawa Timur. Awalnya mereka tinggal di daerah Jawa, namun dengan kepadatan penduduk dan sulitnya lapangan pekerjaan sehingga mereka migran ke suatu daerah tersebut. Pada awalnya mereka datang sampai ketempat transmigrasi mereka sangat cangguh dengan kondisi di sekitarnya seperti bahasa dan budayanya tetapi lama-kelamaan mereka terbiasa dengan kondisi lingkungan sekitarnya bahasa dan budaya memiliki relasi yang sangat kuat. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena saling mempengaruhi. Bahasa dan budaya merupakan sistem nilai yang memiliki peran sangat penting dalam kehidupan mereka.

Manusia adalah mahluk yang berbudaya, karena kebudayaan merupakan pendorong didalam tingkah laku manusia dalam hidupnya. Kebudayaan pun menyimpan nilai-nilai yang menjadi landasan pokok bagi penentu sikap terhadap dunia luar, Bahkan menjadi dasar setiap tingkah laku yang dilakukan sehubungan dengan pola hidup di masyarakat. Nilai-nilai luhur dari kebudayaan inilah yang telah di wariskan secara turun temurun  dari generasi ke generasi berikutnya melalui berbagai adat istiadat yang khusus. Pada umumnya setiap kelompok  masyarakat mempunyai konsep bahwa tiap individu terbagi dalam tingkatan hidup. Tingkat demi tingkat itu akan dilalui dan akan dialami oleh individu-individu yang bersangkutan di sepanjang hidupnya, pada tiap tingkat hidup itu individu yang bersangkutan di anggap dalam kondisi dan lingkungan tertentu. Karena itu setiap peralihan dari satu tingkat ke tingkat lainnya dapat di katakan sebagai peralihan dari satu lingkungan sosial ke lingkungan sosial yang lain.

Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum dan adat istiadat dan kemampuan-kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.  Untuk menjalin hubungan ini biasanya masyarakat melakukan dengan cara melalui kebiasaan-kebiasaan unik yang masyarakat ciptakan, konsepkuensi ini dapat kita sebut dengan suatu nilai tradisi. Tradisi merupakan budaya turun-temurun yang mau tidak mau harus dipertahankan oleh setiap generasinya, serta harus dipegang teguh karena itu salah satu bentuk rasa hormat kita terhadap leluhur di daerah tempat tradisi itu berkembang. Masyarakat Jawa sangat kental dengan masalah tradisi dan budaya. Tradisi dan budaya Jawa hingga akhir-akhir ini masih mendominasi tradisi dan budaya di Indonesia. Budaya Kesehatan yang terjadi dimasyarakat  salah satuya adalah budaya menginang. Pinang atau dalam bahasa Latin di sebut Areca Catechu L, sudah tidak asing lagi bagi penduduk Indonesia. Kebiasaan menginang atau makan sirih sudah dikenal pada masyarakat Indonesia sejak lama. Pinang yang berasal dari Malaka (Malaysia) telah masuk ke Indonesia pada masa sebelum Masehi.  Seni mengunyah sirih atau nginang memang identik dengan budaya masyarakat jawa khususnya masyarakat banyumas. Dalam budaya jawa tradisi nginang mempunyai makna filosofi. Pada jaman dahulu, pada dasarnya upacara tradisi ini merupakan upacara mempringati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Upacara tersebut sebagai wujud rasa syukur atas diutusnya Nabi Muhamman SAW. Maka acara tersebut diadakan setiap tahun sekali dalam penyelenggaraan sekaten. Perayaan sekaten ini diadakan 12 Maulud/12 Robiul awwal.  Masyarakat mendengarkan ajaran agama islam sambil mengunyah sirih agar lebih bisa konsentrasi, selain itu bisa menjadikan tubuh sehat dan panjang umur. Kebiasaan ini berkembang cukup pesat pada masyarakat desa sehingga berdampak lurus dalam kehidupan sosial, budaya, religi, dan ekonomi mereka.

Nginang merupakan sebuah tradisi zaman dahulu sebagai wujud hobi. Seperti memakan permen atau camilan pada zaman sekarang. Bahan-bahan tentu saja tidak se-modern dan seenak permen sekarang, diantaranya adalah daun sirih, gambir, tembakau, enjet (kapur), dan buah pinang yang memberikan warna merah. Nginang dilakukan oleh orang yang suka ngemil, tetapi saat ini hanya dilakukan oleh orang tua atau tiang sepuh saja. Rasanya seperti mengunyah rumput saja yang menjadi lengket awalnya, dan menghasilkan air liur yang berwarna merah darah yang kemudian diludahkan tanpa ditelan. Nginang biasanya dilakukan antara setengah hingga 1 jam. Bahkan ada yang bias berjam-jam. Tergantung dari orang yang meracik, karena lamanya tergantung dari rasa pedasnya.
Sebenarnya nginang ini merupakan salah satu usaha untuk menjaga kebersihan rongga mulut. Mengingat pada waktu itu belum ada pasta gigi modern dan sikat gigi yang praktis. Karena kandungan sirih, rempah dan kalsium dari kapur yang diracik dari bahan-bahanya membuat orang tempu dulu yang menggemari nginang memiliki gigi yang awet dan utuh hingga lanjut usianya.
Jawa masih memiliki kepercayaan yang sangat kuat, kepercayaan ini telah mengakar dalam diri masyarakat Jawa dan menjadi salah satu budaya bagi masyarakat Jawa sendiri. Sirih memegang peranan penting dalam masyarakat jawa. Sirih merupakan lambang perkenalan persahabatan dan persaudaraan. Seorang tamu yang berkunjung ke sebuah rumah dengan sesuatu hajat atau maksud tertentu. Biasanya tidak segera menyampaikan maksud tersebut sebelum tamu tersebut sampai pada saat yang baik, sehingga daun sirih menjadi simbol penghormatan. 

Dalam budaya tradisi nginang memiliki lima bahan, tembakau, daun sirih, gambir, jambe, dan injet juga dipercaya mempunyai makna filosofis. Bahan-bahan ramuan itu merupakan simbol kehidupan manusia melalui rasanya yang pahit, sepet, getir, getas, dan asin. Selain makna filosofis, sebenarnya kinang juga bermanfaat untuk kesehatan, terutama kesehatan gigi. Antara lain dapat menguatkan gigi, mencegah kerusakan gigi, dan menghilangkan bau mulut. Sedang efeknya sampingnya, mengunyah kinang dapat membuat gigi berwarna kecoklatan, dan saat mengunyahnya harus sering meludah. Ini yang membuat nginang sering dianggap kotor dan menjijikan.

Gigi merupakan salah satu organ pengunyah yang terdiri dari gigi-gigi pada rahang atas, rahang bawah, lidah serta saluran-saluran penghasil air ludah. Manusia Perubahan-perubahan yang terjadi pada gigi dan jaringan sekitar gigi dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor, salah satunya adalah faktor kebersihan mulut. Kebersihan mulut memegang peranan penting dalam menjaga dan mempertahankan kesehatan gigi. 

Kebersihan gigi merupakan hal penting yang harus dilakukan supaya kesehatan gigi tetap terjaga. Dapat kita lihat bahawa ada nenek-nenek masyarakat jawa yang masih melakukan kebiasaan meguyah sirih karena mereka masih mempercayai bahwa dengan melakukan nginang maka gigi akan terasa sehat dan kuat. Dengan gigi sehat dan kuat maka akan terlihat muda walaupun umur mereka sudah banyak (sesepuh). Kebiasaan mengunyah sirih tidak berbeda dengan praktek kenikmatan lain, seperti tambakau, teh dan kopi sehingga orang yang mengunyah sirih sukar untuk menghilangkan kebiasaan tersebut, mengunyah sirih mempunyai efek positif karena bahan yang digunakan dapat memperkuat gigi. Disamping itu sirih yang dikunyah dapat mengurangi bahaya karies gigi dan menjaga kesehatan mulut. Kebiasaan mengunyah sirih mengakar kuat dalam masyarakat sehingga diharapkan dapat mempererat tali persaudaraan dalam keseharian kehidupan. 

Hal ini disebabkan karena ramuan tembakau, daun sirih dan gamping ini ternyata ketika dikunyah menghasilkan larutan pekat berwarna merah hati. Jika larutan ini dibiarkan dalam mulut beberapa waktu dan tidak dibersihkan dengan sikat dan pasta gigi cenderung akan menempel dan membentuk karak gigi. Sehingga para penggunanya akan sesering mungkin meludah lantaran rasa pahit sekaligus membuang air yang berlebih. Biasanya ketika dikeluarkan dari mulut berwarna merah hati. Mungkin karena karak gigi ini banyak generasi muda yang tidak tertarik memanfaatkan Nginang sebagai alternatif pembersih dan penguat gigi. sehingga lambat laun tradisi yang baik ini semakin terkikis seiring modernisasi tekhnologi, kesehatan di lingkungan kita. Hal yang perlu ditelusuri adalah diera yang sudah modern tetapi masih ada tradisi nginang tersebut.

itulah pembahasan  singkat mengenai Tradisi nginang, untuk lebih lengkapnya mengenai proposal ini Silahkan klik https://www28.zippyshare.com/v/EGDz37GA/file.html

terimakasih telah berkunjung di blog saya. smoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

KAJIAN SOSIAL
KAJIAN SOSIAL Assalamualaikum Wr. Wb Abd Rahman Asril, sudah ngeblog dari tahun 2015, dan saat ini mengajar di MTs. Negeri 1 Pohuwato, Gorontalo

Posting Komentar untuk "TRADISI NGINANG"