Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PERGESERAN NILAI TRADISI TURUNANI



PERGESERAN NILAI TRADISI TURUNANI
OLEH 
Yulanti Pama, S.Sos

Indonesia adalah Negara kepulauan yang terletak pada garis khatulistiwa, diantara lautan teduh dan samudra indonesia. Penduduk yang terdiam berasal dari sebuah masyarakat pluralitas suku bangsa dan kemajemukan kebudayaan. Pluralitas dan kemajemukan adalah suatu keadaan didalam sebuah masyarakat yang terdiri atas berbagai suku, golongan, agama, ras dan kebudayaan. Indonesia adalah negara yang majemuk, beragam dan plural itu sebuah masyarakat negara yang terdiri atas 500 suku bangsa yang dipersatukan oleh sistem nasional sebagai bangsa dalam wadah kebudayaan indonesia. Setiap suku bangsa memiliki budaya masing-masing yang berbeda antara budaya satu dengan yang lainnya keberagaman budaya yang ada di indonesia di landasi oleh hidup yang tinggi. Indonesia juga memiliki semboyan bhineka tunggal ika yang berarti berbeda tetap satu jua. Budaya yang terdapat dalam suatu daerah beranekaragaman dan bervariasi.  Budaya yang sudah diyakini sejak dulu dijadikan ritual yang terus menerus dan bersifat kontinyu yang dilakukan oleh generasi kegenerasi. Namun ironisnya seiring dengan perkembangan global banyak seni budaya yang khas lambat laun tersusupi atau terpengaruh oleh budaya asing.
Era globalisasi berimbas pada bebas masuknya budaya lintas kawasan. Budaya yang dipandang ketinggalan atau dinamis, secara lambat atau cepat ditinggalkan penduduknya. Sebagian dari masyarakat penduduk kebudayaan yang dianggap ketinggalan tersebut akan menjadi pengikut budaya baru yang dipercaya lebih sesuai, maju atau moderen. Karena terlanjur dan mengikuti budaya yang baru, sebagian masyarakat ternyata telah meninggalkan nilai-nilai pranata yang telah mereka yakini turun temurun sebagai bangsa. Kebudayaan yang terdiri dari pola pola nyata maupun yang tersembunyi mengarah pada perilaku yang dirumuskan dan dicatat oleh manusia dan simbol-simbol yang menjadi pengarah yang tegas bagi kelompok-kelompok. Kebudayaan itu sendiri merupakan kesatuan dari gagasan, simbol-simbol dan nilai yang mendasari hasil karya dan perilaku manusia. Perilaku manusia yang berkembang pada suatu masyarakat yang dilakukan oleh manusia terus menerus pada akhirnya menjadi sebuah tradisi.[1]
Dewasa ini Tradisi yang dianut oleh sebuah daerah merupakan simbol yang dianut oleh leluhur nenek moyang yang diyakini membawah berkah serta doa dari yang kuasa, yang harus dilestarikan melalui adat-adat tertentu yang menjadi budaya tersendiri bagi setiap daerah. Demikian pula tradisi Turunani yang dianut oleh masyarakat di Provinsi Gorontalo. Tradisi Turunani adalah salah satu Tradisi daerah Propinsi Gorontalo yang menggambarkan hubungan kekeluargaan antara bermasyarakat dalam menjalin suatu ikatan silaturrahmi. Seperti halnya yang dikatakan oleh seorang ahli bahwa tradisi adalah hal yang tersedia dimasyarakat sebelumnya dan telah mengalami penerusan turunan-turunan antargenerasi (Caturwati, 2008:1).
Sebuah seni pertunjukan yang tergabung dalam kehidupan manusia tentunya memiliki keterkaitan dengan manusia itu sendiri.Keterkaitan tersebut biasanya memiliki konsep tradisi dalam eksistensinya. Seni tradisi yang tumbuh dan berkembang dalam tatanan masyarakat akan mampu bertahan jika seni tersebut memilki manfaat dan fungsi bagi masyarakat tersebut. Seperti halnya kesenian Turunani yang merupakan kesenian yang berfungsi sebagai hiburan, sebagai iringan dan sebagai sarana ritual yang dalam hal ini untuk memperoleh keberkahan serta do’a dari yang Kuasa.[2] Akan tetapi tradisi ataupun budaya yang biasanya dilakukan oleh masyarakat kini mengalami perubahan. Tradisi yang dulunya dijadikan sebagai lambang kekentalan budaya dalam kehidupan bermasyarakat telah mengalami pergeseran yang diakibatkan oleh perkembangan jaman dan tantangan global. Apabila hal ini dibiarkan secara terus-menerus maka bisa dipastikan bahwa unsur-unsur budaya lokal (Tradisional) yang menjadi kebanggaan serta ciri khas daerah ini akan hilang ditelan modernitas. Salah satu Tradisi yang telah mengalami pergeseran ialah Tradisi Turunani. Tradisi Turunani adalah kesenian vokal bernuansa Islam yang diiringi dengan tabuhan rebana. Turunani berasal dari bahasa Gorontalo yang artinya “Suruh nyanyi”. Kesenian ini lebih dikenal dalam masyarakat sebagai nyanyian atau senandung. Berdasarkan adat Gorontalo dalam upacara pernikahan, Turunani disajikan didua bagian prosesi, yaitu: pertama pada prosesi upacara Hui Mopotilandahu (malam pertunangan) dan pada prosesi upacara Mopoturunani (Turunani pada malam pertama pengantin). [3]
Turunani kedudukannya berada pada prosesi molapi saronde, Molapi saronde adalah prosesi tarian yang hanya dilakukan oleh pengantin laki-laki di pernikahan adat di Provinsi Gorontalo pada saat melaksanakan adat Hui Mopotilandahu (malam pertunangan), Prosesi ini disebut juga sebagai proses molile huali atau meninjau kamar pengantin yang dilaksanakan pada satu hari sebelum diadakannya akad nikah. Prosesi Molapi Saronde dilaksanakan bersama dengan Turunani.Peran penting turunani dalam molapi saronde adalah sebagai media komunikasi, representasi simbolis, respons fisik, memperkuat konformitas normanorma sosial, dan sebagai upaya untuk melestarikan kebudayaan.Tanpa Turunani Molapi Saronde belum bisa dilaksanakan hal ini berkaitan dengan lirik dan musik turunani yang menjadi patokan dalam melakukan gerakan tarian mulai dari berdiri hingga selesai dan duduk kembali.Pada semua prosesi Molapi Saronde penari wajib mengikuti musik Turunani dalam melakukan gerakan tari.[4]
Pergeseran Tradisi Turunani sesuai dengan yang terjadi ialah pelaksanaanya sudah tidak berdasarkan pelaksanaan Tradisi pada umumnya tapi telah diganti dengan musik elektronik dan musik jenis lainnya. Permasalahannya yang sama seperti yang terjadi didesa buntulia tengah kabupaten pohuwato. Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan, pada awal bulan agustus tahun 2016, Pergeseran Tradisi Turunani di desa ini ialah pada Huimopotilandahu dan malam pertama pengantin pelaksanaanya telah diganti dengan musik elektronik, pertunjukan dan musik jenis lainnya. Walaupun masih ada masyarakat yang melaksanakan Tradisi Turunani di Desa Buntulia Tengah tapi dalam pelaksanaanya telah terjadi perbedaan Tradisi Turunani dahulu dengan sekarang. Pelaksanaan Tradisi Turunani dahulu pada umumnya yaitu pada Huimopotilandahu atau pada malam pertunangan. Dan yang umumnya pada saat ini pelaksanaan Tradisi Turunani dilaksanakan pada besok harinya yaitu menyambut pengantin laki-laki .

Demikian, materi ini tentang Pergeseran Tradisi Turunani. apabila ada hal-hal yang masih kurang jelas, bisa sampaikan dikolom komentar. terimakasih..



[1]Sri Fatma Podungge. 2015, Presepsi Masyarakat Tentang TradisiBA,DO Ketupat, : FIS, ung, (hal 2)
[2]Mukolil, Fauzy. (2015).  “Turunani Dalam Adat Molapi Saronde Pada Upacara Pernikahan Di Provinsi Gorontalo, : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Etnomusikologi.

[3]Fiqram Paneo. 2016, Kedudukan Turunani dalam upacara adat Pernikahan pada Masyarakat Gorontalo, : Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik. UNG (hal 3).
[4]Ibidd. Mukolil, Fauzy. 



KAJIAN SOSIAL
KAJIAN SOSIAL Assalamualaikum Wr. Wb Abd Rahman Asril, sudah ngeblog dari tahun 2015, dan saat ini mengajar di MTs. Negeri 1 Pohuwato, Gorontalo

Posting Komentar untuk "PERGESERAN NILAI TRADISI TURUNANI"