Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

STRATEGI BERTAHAN HIDUP PETANI PENGGARAP



Strategi Bertahan Hidup Petani Penggarap 
Di Desa Bakti, Kecamatan Pulubala 
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki letak geografis yang berbeda-beda, misalnya perbedaan tinggi rendahnya tempat tinggal suatu masyarakat. Adanya perbedaan faktor alam yang dimiliki dapat mempengaruhi iklim maupun cuaca yang berbeda pula yang mengakibatkan mata  pencaharian berbeda pada masyarakat Indonesia, seperti sebagai petani, nelayan, bidang perkebunan dan lain sebagainya. Masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah pegunungan bermata pencaharian pada bidang perkebunan, daerah dataran rendah menekuni di bidang pertanian dan yang di daerah pesisir sebagai nelayan. Indonesia juga disebut sebagai negara agraris yang mengandalkan alam untuk  keberlangsungan usahanya dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Masyarakat Indonesia sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian yang banyak ditemukan di pedesaan.  
Desa merupakan suatu tempat tinggal masyarakat disuatu wilayah yang memiliki batas-batas. Di desa juga terdapat berbagai aktivitas-aktivitas untuk memenuhi segala keperluan yang dibutuhkan masyarakat. Masyarakat desa saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya, seperti tolong-menolong, pinjam-meminjam serta aktivitas-aktivitas sosial yang lain.

1
Berdasarkan mata pencahariannya, masyarakat desa memiliki berbagai macam tipologi, yaitu masyarakat desa yang bermata pencaharian disektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan industri. Tipologi masyarakat pedesaan


dapat dilihat dari segi mata pencaharian pokok yang dikerjakannya. Mata pencaharian pokok itu dapat kita tentukan tipe desa beserta karakteristik dasarnya (Yuliati dan Poernomo, 2003: 38). Salah satu karakteristik masyarakat desa bekerja untuk mencari nafkah dalam pemenuhan kebutuhannya, yaitu pada sektor pertanian. Desa tersebut dikatakan sebagai desa pertanian karena mayoritas masyarakatnya bercocok tanam budidaya.[1]
Pertanian banyak ditemukan pada masyarakat pedesaan yang masih mengandalkan alam dalam melaksanakan usaha pertanian. Di daerah pedesaan banyak masyarakat yang bekerja dibidang pertanian. Petani merupakan golongan masyarakat yang banyak ditemukan diberbagai tempat di pedesaan mereka adalah orang-orang yang hidup dari usaha budidaya dengan memanfaatkan sumber-sumber yang disediakan oleh alam. Usaha tani yang dilakukan masyarakat merupakan jenis usaha yang sudah lama dikenal oleh manusia. Usaha tani sudah dilakukan oleh masyarakat sejak manusia mulai menetap (Mustofa, 2005: 21).[2]
Desa Bakti merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Pulubala Kabupaten Goronatalo dengan jumlah penduduk menurut mata pencaharian sebesar 3.084 orang yang terdiri dari berbagai profesi seperti pedagang, pegawai negeri sipil, petani dll. Mayoritas penduduk di Desa Bakti menggantungkan hidup pada sektor pertanian, hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Desa Bakti merupakan area perkebunan, rendahnya tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan yang sempit, serta adanya budaya bertani yang telah diturunkan dari generasi ke generasi. Terdapat 654 jumlah kepala keluarga di Desa Bakti yang memilih bekerja menjadi petani.
Masyarakat Bakti yang mayoritas petani merupakan kelompok petani yang tinggal di daerah pegunungan.usaha pertanian masyarakat di daerah pegunugan pada umunya adalah usaha tani kecil dan mengunakan semua atau sebagian anggota keluarga. Mayoritas penduduk di daerah ini mengangdalkan diri pada sektor pertanian (sebagai petani). Hal ini menunjukan bahwa keterikatan masyarakat dengan lahan di daerah pegunungan sangat tinggi.ketergantungan masyarakat sekitar pegunungan terhadap pertanian juga nampak pada sedikitnya jumlah penduduk yang bekerja di bidang non petani.
Meskipun sarana dan prasarana pendukung kurang memadai serta kurangnya keterlibatan pemerintah, minimnya penyuluh pertanian dalam peningkatan produksi hasil-hasil pertanian. Masyarakat Bakti tetap dapat untuk bertahan hidup di daerah tersebut. Selain masyarakat petani Desa Bakti masih fokus pada usaha membudidayakan bahan pangan dalam jumlah yang cukup untuk mereka sendiri dan keluarga. Adapun tanaman yang biasa ditanam yaitu adalah jagung. Namun jagung merupakan komoditas andalan oleh sebagian besar petani penggarap di Desa Bakti .
Masyarakat Desa Bakti yang bermata pencaharian sebagai petani akan bergantung pada hasil perkebunan. Petani dalam usaha perkebunan yang dilaksanakan harus menggunakan bermacam-macam cara yang tepat untuk tanaman yang di tanam agar memuaskan hasilnya. Hasil perkebunan atau sebagian akan diproduksi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan sisanya akan dipasarkan untuk mendapatkan uang yang digunakan untuk membeli berbagai kebutuhan rumah tangga yang lain. Selain itu, petani menggunakannya untuk mengembalikan modal awal penggarapan perkebunan untuk menanamnya kembali. Dengan hasil panennya ,petani mengharapkan hasil yang lebih agar tidak mengalami kerugian dalam usahanya. 
Petani di Desa Bakti juga dikelompokkan ada menjadi petani pemilik kebun dengan jumlah 495 orang, dan petani penggarap kebun milik orang lain 388 orang. Dilihat dari Dusun Jalan Raya 130 orang, Dusun Wangata 62 orang, Dusun Molowahu 57 orang, Dusun Tamboo 52 orang, Dusun Leato 47 orang dan Dusun Astengah 40 yang hanya menggarap tanah orang lain. Berdasarkan pembagian petani, menimbulkan adanya hubungan-hubungan diantara masyarakat petani, agar petani saling membantu dalam memenuhi kebutuhannya.
Masyarakat petani Desa Bakti , banyak yang melaksanakan penggarapan  pada tanah orang lain karena ada sebagian mereka yang mempunyai tanah sendri dan ada juga yang tidak mempunyai tanah. Sehingga mereka yang tidak mempunyai tanah memilih menggarap tanah orang lain. Dengan sistem bagi hasil pemilik tanah 40% dan penggarap 60%, karena penggarap yang menyediakan bibit jagung, puput dan racun. Hal ini menyebabkan ekonomi masyarakat yang ada di Bakti sangat memprihatinkan , agar mendapatan hasil yang lebih baik mereka bekerja sungguh-sungguh demi memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Dan bahkan ada petani lainnya sambil menunggu masa panen selama 3 bulan, mereka mencari-cari pekerjaan yang di luar mereka sebagai petani misalnya menjadi tukang kuli bangunan tetapi saja ekonomi mereka tidak semuanya akan terpenuhi.
Masyarakat petani pengarap bisa dikatakan masih dibawah garis kemiskinan, karen kehidupan ekonomi petani penggarap mengalami keadaan yang signifikan atau keadaan yang tidak menentu karena pendapatan mereka harus di tentukan oleh keadaan kondisi alam yang tidak menguntungkan. Dengan pendapatan yang semakin menurun,bagaimana mereka dapat mengimbangi tinggginya kebutuhan ekonomi sosial keluarga yang harus dipenuhi,situasi ini menyebabkan mereka melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka untuk mendapat bertahan hidup dari tekanan ekonomi yang mereka hadapi.

Berdasarkan pernyataan petani penggarap tersebut dapat dikatakan bahwa, kemiskinan membuat petani  tidak bisa memenuhi semua kebutuhan keluarganya. Keluarga petani penggarap harus menerapkan strategi-strategi bertahan hidup untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga, sehingga mereka tetap bisa bertahan hidup dengan pekerjaan mereka sebagai seorang petani penggarap yang bekerja mengolah lahan perkebunan orang lain





[1] Yuliati dan poernomo,2003.Sosiologi Pedesaan.Hal 38
[2] Mustofa,2005.Kemiskinan Masyarakat Petani Desa dijawa.Hal 21    

KAJIAN SOSIAL
KAJIAN SOSIAL Assalamualaikum Wr. Wb Abd Rahman Asril, sudah ngeblog dari tahun 2015, dan saat ini mengajar di MTs. Negeri 1 Pohuwato, Gorontalo

Posting Komentar untuk "STRATEGI BERTAHAN HIDUP PETANI PENGGARAP"