Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Konsep Interaksionisme Simbolik Dalam Masyarakat


           
Konsep Interaksionisme Simbolik Dalam Masyarakat

Teori interaksionisme simbolik menurut Herbert Mead adalah; (1) Manusia bertindak terhadap benda berdasarkan “arti” yang dimilikinya, (2) Asal muasal arti atas benda-benda tersebut muncul dari interaksi sosial yang dimiliki seseorang, (3) Makna yang demikian ini diperlakukan dan dimodifikasikan melalui proses interprestasi yang digunakan oleh manusia dalam berurusan dengan benda-benda lain yang diterimanya.[1]
            Pada dasarnya segala bentuk upacara-upacara peringatan apa pun yang digunakan masyarakat adalah simbolisme. Upacara-upacara vokal adalah yang paling mungkin menjadi simbol signifikan, meskipun tidak semua vokalisasi adalah simbol-simbol yang demikian. Sekumpulan isyarat vokal yang paling mungkin menjadi simbol signifikan adalah bahasa. Bahasa sebagai suatu simbol yang menjawab suatu makna di dalam pengalaman individu pertama dan yang juga membangkitkan makna itu pada individu kedua. Simbol-simbol verbal (bahasa) adalah penting karena selalu dapat mendengarkan diri sendiri walaupun tidak selalu bisa melihat tanda-tanda tersebut. Tetapi, bisa berpengaruh pada diri sendiri dan orang lain yang mendengarkan.[2] Bahasa juga dapat melahirkan tingkah laku lainnya yang dapat menunujukan reaksi atau respon terhadap rangsangan-rangsangan yang datang kepada dirinya.
            Pendekatan interaksionisme simbolik merupakan salah satu pendekatan yang mengarah kepada interaksi yang menggunakan simbol-simbol dalam berkomunikasi, baik itu melalui gerak, dan bahasa, sehingga akan mucul suatu respon terhadap rangsangan yang datang dan membuat manusia melalukan reaksi atau tindakan terhadap dalam  rangsangan tersebut. Manusia mempelajari simbol-simbol dan juga makna-makna di dalam interaksi sosial, sementara manusia merespons tanda-tanda tanpa pikir panjang, mereka merespons simbol-simbol di dalam cara yang penuh pemikiran. Orang sering menggunakan simbol-simbol untuk mengomunikasikan sesuatu tentang diri mereka sendiri.   
            Kata-kata adalah simbol-simbol karena digunakan untuk melambangkan benda-benda lain. Kata-kata membuat semua simbol lain menjadi mungkin. Tindakan-tindakan, objek-objek dan kata-kata lain ada dan mempunyai makna hanya karena mereka ada dan dapat dilukiskan melalui penggunaan kata-kata. Pada umumnya simbol-simbol sangat penting dalam memungkinkan orang bertindak di dalam cara-cara manusiawi yang khas, dan bahasa pada khususnya mempunyai sejumlah fungsi spesifik  bagi sang aktor.
            Pertama, simbol-simbol memampukan manusia untuk berurusan dengan dunia material dan sosial dengan memungkinkan mereka memberi nama, mengkategorikan, dan mengingat objek-objek yang meraka jumpai. Kedua, simbol-simbol meningkatkan kemampuan manusia memahami lingkungan. Ketiga, simbol-simbol meningkatkan kemampuan manusia untuk berpikir. Keempat, simbol-simbol meningkatkan secara besar-besaran kemampuan manusia untuk memecahkan berbagai macam masalah. Kelima, penggunaan simbol-simbol memungkinkan para aktor melampaui waktu, ruang, dan bahkan pribadi mereka sendiri.[3]   
            Menurut teoretisi interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Mereka tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan juga pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas simbol-simbol ini terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial.[4]



          [1]Nuryani Tri Rahayu,” Teori Interaksi Simbolik dalam Kajian Komunikasi,” Jurnal WidyatamaVol. 19 No.1 Tahun 2010, hlm. 99.
          [2]Bernard Raho,  Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2007), hlm. 100.
          [3]Bernard Raho, Loc.,Cit, hlm. 109-111.
            [4]Muchlis,” Teori Interaksionisme Simbolik,” Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 1 No. 2 Oktober Tahun 2007, hlm. 213.

KAJIAN SOSIAL
KAJIAN SOSIAL Assalamualaikum Wr. Wb Abd Rahman Asril, sudah ngeblog dari tahun 2015, dan saat ini mengajar di MTs. Negeri 1 Pohuwato, Gorontalo

1 komentar untuk "Konsep Interaksionisme Simbolik Dalam Masyarakat"