Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teori Sosiologi Modern



Tugas Teori Sosiologi Modern
1.      Teori Fungsionalisme Struktural
Teori ini menekankan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dan kesinambungan.  Penganut teori ini cenderung untuk melihat hanya kepada sumbangan satu sistem atau peristiwa terhadap sistem yang lain dan dan karena itu mengabaikan kemungkinan bahwa suatu peristiwa atau  suatu sistemdapat beroprasi menentang  fungsi-fungsi lainnya dalam suatu sistem. Secara ekstrim penganut teori ini menganggap bahwa semua peristiwa dan struktur adalah fungsional bagi suatu masyarakat.
Herbert Gans (1972) menilai kemiskinan saja fungsional dalam suatu sistem.  Dalam sistem sosial di Amerika Serikat, Gans melihat adanya fungsi dari kemiskinan melalui beberapa aspek, antara lain,
Fungsi ekonomi, meliputi
a.       Menyediakan tenaga untuk pekerjaan kotor dalam masyarakat,
b.      Menimbulkan dana-dana sosial
c.       Membuka lapangan kerja baru karena dikehendaki oleh orang miskin
d.      Pemanfaatan barang-barang bekas yang tidak diperlukan oleh orang kaya

Fungsi sosial, meliputi
a.         Kemiskinan mengiatkan norma-norma sosial utama dalam masyarakat
b.   Si kaya dapat merasakan kesusahan tanpa perlu mengalaminya sendiridengan   membayangkan kehidupan si miskin
c.    Kemiskinan menyediakan alasan untuk memunculkan kalangan orang kaya yang membantu orang miskindengan berbagai badan amal.

Fungsi kultural, meliputi
a.   Kemiskinan menyediakan tenaga-tenaga fisik yang diperlukan untuk pembangunan monumen-monumen kebudayaan

b.      Kultur orang miskin sangat diterima pula oleh strata sosial yang berada di atas mereka

Fungsi Politik, meliputi
a.        Musuh Orang miskin berjasa sebagai kelompok gelisah atau menjadi musuh bagi                                  kelompok politik tertentu
b.      Pokok isu mengenai perubahan dan pertumbuhan dalam masyarakat selalu diletakkan                            diatas masalah bagaimana membantu orang miskin
c.       Kemiskinan menyebabkan sistem politik menjadi lebih centrist dan lebih stabil

2.      Teori Neofungsional
Berikut ini beberapa pokok pikiran atau pandangan teori  Neofungsionalisme  Alexander dan Colomy, dalam memahami beragam fenomena sosial-budaya  di masyarakat, antara lain
Pertama, neofungsionalisme, bekerja dengan ‘model masyarakat deskriptif’. Model ini melihat masyarakat tersusun dari unsur-unsur sosial yang saling berinteraksi menurut pola tertentu, hubungan antar unsur tersebut diistilahkan sebagai ‘hubungan secara simbiosis’, tidak ditentukan oleh satu kekuatan semata (misalnya, eksternal menentukan internal atau sebaliknya). Jadi, masyarakat dianggap lebih bersifat terbuka, dinamik dan pluralis (beragam).
 Kedua, neofungsionalisme, memusatkan perhatian yang sama besarnya terhadap tindakan individu (mikro) dan keteraturan sosial (makro). Hal ini berbeda dengan teori fungsional struktural,  yang lebih menekankan pada aspek keteraturan sosial atau tradisional dan bersifat makro didalam memahami struktur sosial dan budaya). Sedangkan neofungsionalisme, selain memperhatikan tingkat makro juga pola tindakan individu ditingkat yang lebih mikro, juga tindakan rasional dan tindakan eskpresif individu dalam proses-proses sosial di masyarakat.
  Ketiga, neofungsionalisme, tetap memperhatikan masalah integrasi, tetapi bukan dilihat sebagai fakta sempurna melainkan lebih dilihat sebagai ‘kemungkinan sosial’, sedangkan dalam pandangan teori fungsional struktural, kondisi integrasi atau equilibrium lebih dilihat sebagai fakta yang sempurna atau suatu keharusan dalam kehidupan kelompok. Neofungsionalisme  mengakui penyimpangan dan kontrol sosial sebagai realitas dalam sistem sosial yang sangat dinamik dan kompleks. Neofungsionalisme mengakui keseimbangan tetapi dalam konteks yang lebih luas (keseimbangan statis dan dinamik). Sedangkan dalam fungsional struktural keseimbangan bersifat statis.
Jadi, teori neofungsionalisme, bagi Alexander dan Colomy, bukan hanya sekedar ‘elaborasi’ atau ‘revisi’ terhadap teori fungsional struktural Parsons dan Merton, tetapi lebih sebagai  ‘rekonstruksi  dramatis’ terhadap teori fungsional struktural, karena antara teori fungsional struktural dengan neofungsional pada aspek-aspek tertentu mempunyai perbedaan yang mendasar. Jadi, Alexander dan Colomy nampak ‘memadukan’ fungsionalisme struktural dengan ide-ide teori pertukaran, interaksionisme simbolik, pragmatisme, fenomenologi.

3.      Teori Konflik
Ralf Dahrendorf adalah tokoh utama yang berpendirian bahwa masyarakat mempunyai dua wajah yakni konflik dan konsensus. Sehingga teori sosiologi harus dibagi dua bagian: teori konflik dan teori konsensus. Teoritisi konsensus harus menguji nilai integrasi dalam masyarakat dan teoriritis konflik harus menguji konflik kepentingan dan penggunaan kekerasan yang mengikat masyarakat bersama dihadapan tekanan tersebut. Dahrendorf mengakui bahwa terbentuknya sebuah masyarakat tidak akan terlepas dari adanya dua unsur yakni konsensus dan konflik yang menjadi persyaratan satu sama lainnya. Meski ada hubungan timbal balik antara konsensus dan konflik, Dahrendorf tidak optimis mengenai pengembangan teori sosiologi tunggal yang mencakup kedua proses itu. Dia menyatakan “Mustahil menyatukan teori untuk menerangkan masalah yang telah membingungkan pemikir sejak awal perkembangan filsafat barat”. Untuk menghindarkan dari teori tunggal tersebut, Dahrendorf membangun teori konflik Masyarakat.
Dahrendorf mulai dengan dan sangat dipengaruhi oleh teori fungsionalisme struktural. Ia menyatakan bahwa, menurut fungsionalis, sistem sosial dipersatukan oleh kerja sama sukarela atau oleh konsensus bersama oleh kedua-duanya. Tetapi, menurut teoritisi konflik bahwa masyarakat dipersatukan oleh “ketidakbebasan yang dipaksakan”. Dengan demikian, posisi tertentu di dalam masyarakat mendelegasikan kekuasaan dan otoritas terhadap posisi yang lain. Fakta kehidupan sosial ini mengarahkan Dahrendorf kepada tesis sentralnya bahwa perbedaan distribusi otoritas “selalu menjadi faktor yang menentukan konflik sosial sistematis”.

Referensi :
Ritzer, George.2013.Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta :Pt. Raja Grafindo Persada.
Ritzer dan Goodman.2013. Teori Sosiologi, Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Bandung : Kreasi Wacana



KAJIAN SOSIAL
KAJIAN SOSIAL Assalamualaikum Wr. Wb Abd Rahman Asril, sudah ngeblog dari tahun 2015, dan saat ini mengajar di MTs. Negeri 1 Pohuwato, Gorontalo

Posting Komentar untuk "Teori Sosiologi Modern"