Review Jurnal Interpretasi Budaya Clifford Geertz: Agama sebagai Sistem Budaya
Clifford Geertz
dilahirkan di San Francisco, California, Amerika Serikat pada tanggal 23
Agustus 1926. Dia merupakan ahli antropologi budaya yang beberapa kali
melakukan penelitian lapangan di Indonesia dan Maroko. Dia menulis esai tentang
ilmu-ilmu sosial serta merupakan pelopor pendekatan “interpretif” dalam bidang
antropologi.
Geertz, melakukan
penelitian untuk di wilayah Jawa selama 2 tahun. Ia pergi bersama isterinya Hildred yang juga seorang
peneliti, dia meneliti wilayah Mojokuto tahun 1952 – 1954. Sekembalinya ke
Harvard, dia berhasil meraih gelar doctor di bidang antropologi dari Department
of Social Relation pada tahun 1956.
Geertz menjadi
Guru Besar pada Advanced Study di Pricenton, New Jersey tahun 1970 – 2000.
Karya-karyanya antara lain ;The Religion of Java (1960), Agricultural
Involution (1963), The Social History of an Indonesian Town (1965), Islam
Observed (1968), The Interpretation of Cultures (1973), Meaning and Order in
Morocean (1980), Local Knowledge (1993), Tahun 2006, Geertz meninggal di
Philadelphia dalam usia 80 tahun. Dia meninggalkan banyak sekali karya yang
teori-teorinya bisa menjadi rujukan tidak hanya kalangan antropolog, tapi juga
ilmuwan humaniora pada umumnya.
Latar Belakang Pemikirannya
Secara umum, pandangan Geertz dipengaruhi oleh tokoh
antropologi dan ilmu sosial yaitu Evan Pitchrd dan Talcott Parsons. Pitchard
menegaskan bahwa setiap teori harus berasal dari etnografi “particular” yang memberikan tekanan
bahwa budya merupakan kata kunci dalam kajian antropologi. Dan menegaskan bahwa
objek kajian lapangan tidak hanya meneliti tentang sebuah masayarakat tetap
juga meneliti sebuah sistem, adat istiadat, sikap, ide maupun institusi besar
masyarakat. Metode westehen lebih menekankan pada peran ide maupun sikap
manusia. Menurunya kebudayaan merupakan produk atau hasil tindakan mausia.
Untuk bisa memahami sesuatu yang sedang atau yang telah berlangsung dalam
masyarakat, maka harus juga memahami makna sesuatu tindakan orang-orang yang
terlibat didalamnya. Sebaliknya, parsons megataka bahwa suatu
sistem budaya adalah objektif, koleksi symbol, tanda maupun isyarat adalah
peistiwa yang akan membentuk sikap dan membimbing tidakan seseorang.
Interpretasi Budaya dan
Agama dengan Menggunakan Metode Thick Description
Pada awalnya Geertz berpandangan bahwa sebuah agama akan
tergambar dari kondisi masyarakat pemeluknya. Namun pada kenyataannya
masyarakat akan menunjukkan agama yang mereka anut. Dalam teornya, Geertz
memandang bahwa agama merupakan sebuah fakta budaya dan bukan semata-mata hanya
sebagai ekspresi dari sebuah kehidupan sosial maupun ketegangan ekonomi.
Sehingganya dalam penelitiannya di Jawa, Geertz melihat bahwa ide ataupun adat
istiadat ritual-ritual kebuasaan akan menentukan adanya pengaruh agama dalam setiap
celah kehidupan masyarakat jawa.
Dalam metode yang digunakan, Geertz
menjelaskan agama kedalam lima kalimat. “Agama
sebagai sebuah system budaya berawal dari sebuah kalimat tunggal yang
mendefinisikan agama sebagai: 1) Sebuah sistem simbol yang bertujuan; 2)
Membangun suasana hati dan motivasi yang kuat, mudah menyebar dan tidak mudah
hilang dalam diri seseorang dengan cara; 3) Merumuskan tatanan konsepsi
kehidupan yang umum; 4) Melekatkan konsepsi tersebut pada pancaran yang
factual; 5) Yang pada akhirnya konsepsi tersebut akan terlihat sebagai suatu
realitas yang unik”.
Geertz
menjelaskan bahwa setiap simbol-simbol keagamaan mempunyai makna tersendiri
sehngga seseorang harus memahami makna yang terdapat pada sibol-simbol agama
tersebut. Dan tidak kalah pentignya
adalah simbol yang berhubungan dengan struktur masyarakat dan psikologi
individu anggotanya. Geertz membuatnya dalam transfigurasi segitiga, yang satu
memiliki arti simbo, yangmemiliki arti, yang satunya masyarakat dan yang
satunya lagi psikologi individu, yang saling berkaitan dalam sistem budaya
agama.
Posting Komentar untuk "Review Jurnal Interpretasi Budaya Clifford Geertz: Agama sebagai Sistem Budaya"