KOMUNIKASI PEMBANGUNAN DAN MODERNISASI
A.
Komunikasi
Pembangunan
Komunikasi pembangunan
mencakup studi, analisa, promosi, dan evaluasi teknologi komunikasi untuk
seluruh sektor pembangunan. Dalam pengertian yang sempit, komunikasi
pembangunan merupakan segala upaya dan cara, serta teknik penyampaian gagasan,
dan keterampilan-keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang
memprakarsai pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat luas, dengan tujuan
agar masyarakat memahami, menerima, dan berpartisipasi dalam melaksanakan
gagasan-gagasan yang disampaikan. Sedangkan dalam arti yang luas, komunikasi
pembangunann meliputi peran dan fungsi komunikasi (sebagai suatu aktivitas
pertukaran pesan secara timbal balik) di antara semua pihak yang terlibat dalam
usaha pembangunan, terutama antara masyarakat dengan pemerintah, sejak dari
proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap pembangunan. Secara
pragmatis, Quebral merumuskan bahwa Komunikasi pembangunan adalah
komunikasi yang dilakukan untuk melaksanakan rencana pembangunan suatu negara.
Dikemukakannya pula bahwa komunikasi pembangunan merupakan salah satu terobosan
di lingkungan ilmu-ilmu sosial, dan merupakan inovasi yang harus diusahakan
agar diketahui orang dan diterima sebelum ia digunakan.
Komunikasi pembangunan merupakan disiplin ilmu dan
praktikum komunikasi dalam konteks negara-negara sedang berkembang, terutama
kegiatan komunikasi untuk perubahan sosial yang berencana. Komunikasi
pembangunan dimaksudkan untuk secara sadar meningkatkan pembangunan manusiawi,
dan itu berarti komunikasi yang akan menghapuskan kemiskinan, pengangguran,
ketidakadilan.
Bahasan lain tentang konsep teoritis komunikasi pembangunan juga telah dikemukakan oleh beberapa ahli
lainnya melalui beberapa studi mereka, diantaranya adalah:
1. Studi Daniel Lerner
Lerner dipandang sebagai orang pertama yang melakukan studi
mengupas tentang hubungan komunikasi dengan pembangunan. Studinya tersebut
diterbitkan dengan judul The Passing of Traditional Society pada tahun 1957.
Lerner melakukan studi di enam negara kawasan Timur Tengah, yaitu Turki,
Libanon, Mesir, Syria, Yordania, dan Iran. Inti dari studi Lerner adalah
menganalisis hubungan antara tingkat urbanisasi dengan tingkat melek huruf,
dengan penggunaan media massa dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan politik.
Menurutnya modernisasi suatu bangsa dimulai dari terjadinya urbanisasi,
kemudian urbanisasi akan meningkatkan melek huruf, lalu meningakatkan
penggunaan media, yang selanjutnya meningkatkan partisipasi politik masyarakat.
Sebagai patokan bila suatu negara mencapai tingkat urbanisasi 10% maka tingkat
melek huruf akan sama-sama meningkat bahkan hingga mencapai 25 % dan demikian
korelasi tertinggi dari konsumsi media adalah dengan tingkat melek huruf.
Dikemukakannya pula bahwa sistem komunikasi merupakan
indikasi sekaligus agen dari proses perubahan sosial. Perubahan sistem
komunikasi masyarakat selalu berjalan satu arah, yaitu dari sistem komunikasi
oral (mulut ke mulut) ke media (yang menggunakan media). Sistem komunikasi oral
cocok digunakan masyarakat tradisional sedangkan sistem komunikasi media
cocok digunakan masyarakat modern.
1. Studi Mc. Clelland
Studi Mc Clelland berjudul The Achieving
Society, yakni tentang dorongan psikologis yang memotivasi suatu masyarakat
untuk mencapai kemajuan. Dari hasil studi tersebut Mc Clelland memperoleh
beberapa kesimpulan, diantaranya adalah:
a.
Untuk memajukan suatu masyarakat harus dimulai dengan
mengubah sikap mental (attitude) para anggotanya.
- Masyarakat
yang membangun dan telah maju didorong oleh kebutuhan untuk pencapaian
sesuatu atau need for achievement (n/Ach) melalui berbagai saluran
komunikasi yang ada di tengah masyarakat.
- Pembangunan
ekonomi dipengaruhi oleh percaya diri, berorientasi ke depan,
berkopentensi, menyukai risiko, dan lain-lain.
2. Studi Wilbur Schramm
Studi Schramm terfokus pada kedudukan media massa sebagai
komunikasi yang terkait peranannya dengan pembangunan. Dalam laporannya yang
berjudul Mass Media and National Development: The Role of Information in
Developing Countries pada tahun 1964, yang pada pokoknya mengemukakan bahwa
media massa dapat membantu dalam hal:
a.
Menyebarluaskan informasi tentang pembangunan, yakni
perlunya keterangan mengenai pembangunan ke seluruh penjuru masyarat, karena
pada pokoknya untuk mengubah kehidupan seluruh lapisan masyarakat.
- Mengajarkan
melek huruf serta keterampilan lainnya, yakni melakukan cara-cara atau
kegiatan yang lebih modern dibanding cara-cara dahulu serta mampu
melakukannya sendiri.
- Masyarakat
berkesempatan turut ambil bagian dalam pembuatan keputusan di negaranya,
yakni masyarakat perlu dimotivai untuk mengubah nasibnya dan mencapai
kehidupan yang lebih baik.
Dari pendapat ini menunjukkan bahwa bagi masyarakat yang
ingin maju memerlukan wawasan yang luas sebagai titik tolak untuk mendorong dan
mengembangkan hasrat mengubah kehidupan ke arah kemajuan. Perhatian masyarakat
perlu difokuskan pada upaya pembangunan sehingga diharapkan kreasi, aspirasi
dan keikutsertaan masyarakat dapat didayagunakan secara lebih bermanfaat.
B.
Modernisasi
Modernisasi menunjukkan kepada satu tipe perubahan sosial
yang berasal dari revolusi industri di Inggris (1760-1830) dan dari revolusi
politik di Perancis (1789-1794). Ditinjau dari sudut pandangan masyarakat
industri di Barat, orang dapat membuat daftar ciri-ciri satu masyarakat yang
modern, tetapi tidaklah mutlak diperlukan bagi modernisasi. Proses modernisasi
tidaklah seragam atau universal, oleh karena dobrakan ekonomi dan politik yang
terjadi di Inggris dan Perancis pada akhir abad kedelapan belas telah
menempatkan setiap Negara lainya di dunia pada kedudukan yang relatif
terbelakang. Dalam perspektif ini, perubahan berlangsung lambat,
berangsur-angsur dan terus-menerus serta merupakan sesuatu yang perlu
perencanaan dan pemikiran bagi masyarakat yang sedang berubah.
Menurut Weiner mengatakan
bahwa para ahli ekonomi memandang modernisasi terutama dalam pengertian penerapan tehnologi oleh manusia untuk menguasai sumber-sumber
alam demi menciptakan peningkatan nyata dalam pertumbuhan hasil penduduk
perkapita. Para ahli sosiologi dan antropologi sosial terutama berurusan
dengan proses differensiasi yang menandai semua masyarakat modern. Dalam
hal ini mereka mengamati bermacam-macam differensiasi yang terjadi di
tengah-tengah pel-bagai tatanan/struktur masyarakat, begitu pekerjaan baru
muncul, begitu lem-baga pendidikan yang rumit dan baru berkembang serta
berbagai jenis komunitas baru tampil. Kalangan sarjana politik membahas
serangkaian hal-hal yang menghambat dalam modernisasi tetapi memusatkan perhatian
terutama pada masalah pembinaan negara
dan pemerintahan begitu modernisasi
berlangsung.
Menurut Smelser dalam mengatakan bahwa Modernisasi
selalu melibatkan differensiasi struktural. Ini terjadi karena dengan proses
mo-dernisasi, ketidakteraturan struktur masyarakat yang menjalankan satu fungsi
sekaligus akan dibagi dalam substruktur untuk menjalankan satu fungsi yang
lebih khusus. Setelah adanya differensiasi struktural, pelaksanaan fungsi akan
dapat dijalankan secara lebih efisien.
Persoalan modernisasi adalah masalah kebahagiaan. Kenyataan
menunjukkan bahwa dalam upaya mencapai kebahagiaan masyarakat, terjadi
pertarungan antara kelompok tertentu dengan selera tertentu di satu pihak dan
kelompok lain yang mempunyai selera lain di lain pihak. Masing-masing berusaha
menciptakan masyarakat yang sesuai dengan seleranya sendiri-sendiri.
Ahli-ahli ekonomi beranggapan bahwa ekonomi adalah yang
lebih penting dari segalanya. Modernisasi bagi kelompok ini adalah modernisasi
ekonomi. ItPara agamawan menganggap agama lebih penting daripada yang lain. Kelompok
ini bersedia berkelahi, bahkan kalau perlu berperang, jika agama mereka
ditindas.
Orang-orang politik mengklaim "politik sebagai
panglima". Kelompok ini menganggap politik mahapenting karena segalanya
ditentukan oleh politik. Pentingnya konsep modernisasi ialah untuk mencegah
terjadinya pertarungan antara kelompok, yang satu dengan yang lainnya akibat
rasa diri paling penting juga untuk menjaga jangan sampai terjadi
benturan-benturan antara nilai yang satu dan nilai lainnya.
Konsep modernisasi dapat menunjukkan jalan ke arah
terintegrasinya semua kelompok dalam masyarakat untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan, dan memberikan petunjuk nilai-nilai mana yang harus dipertahankan,
mana yang di harus dikembangkan, mana yang harus diubah.
Seperti pembangunan,
modernisasi juga adalah suatu proses dengan dimensi, faktor, aspek, dan faset
yang begitu banyak dan rumit, bisa menyebabkan pelaksanaannya tidak selancar
yang diharapkan. Dan rumitnya modernisasi di ndonesia disebabkan oleh subjek
dan objeknya adalah manusia-manusia pluralis heterogen, terdiri atas suku-suku
bangsa dengan nilai-nilai budaya yang berbeda satu sama lain kendatipun
dipersatukan oleh Pancasila.
Heterogenitas tersebut menimbulkan kepekaan agama, golongan,
dan lain-lain yang sewaktu-waktu dapat mengancam kelestarian bangsa, bangsa
Indonesia yang diperjuangkan begitu lama dengan pengorbanan yang begitu
banyak.
Posting Komentar untuk "KOMUNIKASI PEMBANGUNAN DAN MODERNISASI"